Selasa, 26 Agustus 2008

Ramahlah terhadap rezeki maka rezeki pun akan ramah pada kita

Kata-kata ini saya kutip dari sang guru super Mario Teguh saat tampil di Metro TV Minggu malam 24 Agustus 2008. Entah kenapa kata-kata ini sangat membekas di hati mungkin karena obrolan dengan anggota keluarga lain minggu ini adalah tentang mencari rezeki.

Saya bersaudara memiliki profesi yang hampir sama yaitu sebagai pengajar di perguruan tinggi (umumnya dipanggil dosen), suka duka berprofesi seperti ini menjadi obrolan ringan di akhir minggu saat berkumpul bersama di rumah orangtua yang kebetulan berprofesi sama.... (keturunan dari sononya udah hobi mengajar). Sudah menjadi rahasia umum kalo gaji guru dan dosen di Indonesia sangat mengenaskan dibandingkan dengan negeri tetangga. Maka jangan salahkan mereka jika sebagian aset negara berupa orang-orang pintar tidak bisa mengabdi kepada negaranya karena tawaran di negara lain begitu menggiurkan.

Kembali lagi pada keramahan rezeki, tanpa disadari kadang kita sering mengeluh dengan sulitnya kehidupan di masa sekarang, kadang uang tak ada artinya. Seorang teman yang bekerja di kota lain menceritakan bahwa gajinya tinggal bersisa 300 ribu per bulan setelah potong cicilan kredit dll .... saya pun tercenung mendengar kabar itu ... karena artinya uang sisa teman saya per bulan bahkan tidak mencukupi untuk membayar tagihan listrik dan telp saya.... maaf bukan riya maupun sombong, tapi saya jadi belajar mamaknai bahwa rupiah-rupiah yang berseliweran ditangan kita, yang datang dan pergi dengan cepatnya ... ternyata masih sangat berarti buat orang-orang disekitar kita, saudara, teman dekat, tetangga dsb.

Dengan mengeluh tentunya bukan sifat yang positif, kata-kata ramah dalam prakteknya ada berupa penyambutan yang baik, perlakuan yang menyenangkan hingga membekas di hati seperti halnya ada seseorang yang menyambut kita dengan ramah pasti kita ingin terus berteman dengan orang tersebut. Orang yang kita perlakukan dengan ramah pasti dia senang bertemu dengan kita... sebaliknya jika kita tidak ramah kepada seseorang tentinya dia pun tak ingin bertemu lagi dengan kia begitulah hakekat rezeki adanya. Gaji sebulan yang biasanya cuma numpang lewat di rekening kadang tidak kita sambut dengan ramah, komentar yang timbul adalah : yah memang sudah hak saya dapat segini, syukur-sukur dilebihin dll. Bukan sambutan ramah yang saya artikan penuh syukur.... penuh harapan positif atas rezeki yang didapatkan untuk mencapai suatu keberkahan.

Kebetulan Rubrik Hikmah di Harian republika hari ini membahasa tentang nikmat Allah...
”Berlaku baiklah kalian pada serpihan-serpihan nikmat-nikmat Allah. Janganlah kalian menyia-nyiakan nya, Jika ia hampir hilang dari suatu kaum, ia kembali kepada mereka ( HR Al Baihaki dari Anas bin Malik”

QS Ibrahim (14:7) Sesungguhnya , jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmar-Ku) sesungguhnya azabku sangat pedih”

”Perkara yang sangat berat adalah menghina, memuliakan, berpisah setelah bertemu, dan hilangnya nikmat dari suatu kaum lantaran mereka tidak berlaku baik terhadap serpihan nikmat kemudian mereka harapkan nikmat itu kembali pada mereka...”
(Republika Senin 25 Agustus 2008)

Hiduplah dengan penuh syukur nikmat, ramahlah terhadap rezeki yang datang walaupun bentuknya seperti serpihan. Lautan yang luas hanyalah kumpulan dari titik-titik air dan gunung hanyalah kumpulan dari serpihan debu.... maka segunung dan seluas rezeki terdiri dari serpihan-sepihan rezeki yang harus disyukuri dan diperlakukan secara ramah.

*Kepada para rezeki datanglah padaku... niscaya akan kusambut kalian dengan ramah*

Tidak ada komentar: